Rabu, 09 Maret 2011

Lahan sempit, Selatan FE UII

Sebuah lahan 200m2 bergantian berjejelan sepeda motor untuk singgah. Lahan tersebut diperuntukkan bagi 4000 mahasiswa yang membawa motor. Kepadatan kian lama kian tinggi, tapi berbading terbalik dengan perluasan lahan. Tempat parkir FE UII itu tak kondusif lagi menampung kendaraan mahasiswa untuk kuliah.

Tempat parkir yang cukup luas itu sekarang terlihat sangat sempit dan tidak tertata. Kondisi tersebut sangat berbeda dengan keadaan 2 tahun silam. Ketika masuk ke area ini, terlihat motor yang berjajar rapi di area beratap seng memanjang ini. Jarak antara satu motor dengan motor lainya memiliki jarak yang cukup. Jika kita keluar dari area ini pun sangat tertib.

Keadaan ini nampak berbeda saat ini, tidak hanya area beratap saja, area yang tidak beratap pun penuh dengan motor berjejer bak ikan pindang yang sedang berjemur di siang hari. Motor-motor yang sedang diparkir memiliki jarak sangat berdekatan. Sehingga ketika kita akan mengeluarkan atau memasukan motor harus hati-hati, jika tidak hati-hati dapat mengores motor yang ada di samping kiri atau kanan yang diparkir. Lebih parah lagi jika motor tersebut jatuh akibat ketidak hati-hatian sebagai pemarkir. Kita pun harus bertanggung jawab atas motor yang terjatuh tadi.

Keadaan ini kian diperparah dengan adanya mahasiswa yang parkir menutup akses jalan masuk tiap bangsal. Simbol huruf “P” coret tak lagi dihiraukan. Akibatnya akses masuk kian sulit, banyak terjadi penumpukan kendaraan sementara dibeberapa sisi lain kosong tak terlihat, apalagi terisi.

“Susah cari tempat parkir di FE sekarang, jika sudah masuk jam ke 2 dan 3 kuliah pasti penuh. Jika sudah seperti itu, biasanya Saya memilih parkir sembarangan, dari pada harus terlambat masuk kelas gara-gara mencari tempat parkir”. Ungkap Rufi Mahasiswa Akutansi IP 2008 asal kota Tasikmlaya ini. Kemudian ia melanjutkan pembicaraannya mengenai pengalamannya. Ketika ia tidak dijinkan masuk kelas oleh Dosen, akibat kesulitan mencari tempat parkir FE ini.”Pada saat Semester 5 awal, saya pernah terlambat dan tidak dizinkan masuk kelas,gara-gara sulit mencari tempat parkir. Padahal saat itu saya telah menargetkan sampai ke kampus 10 menit sebelum Dosen masuk kelas. Namun sesampainya di tempat parkir. Ia harus berkelilingi di parkiran untuk mendapatkan tempat yang nyaman untuk kendaraan roda dua kesayanganya”. Ungkap laki-laki yang bertubuh tinggi besar berkacamata ini.

Hal senada diungkapkan oleh Bondan mahasiswa Manajemen 2008. “Parkiran sekarang sangat Semerewut” Ungkap Bondan mahasiwa yang memiliki tinggi 180 cm, bertubuh kurus dan berambut keriting ini. ketika ditanya mengenai kondisi parkiran kampus FE saat ini. “ Sekarang jika masuk kampus diatas pukul 09.00. jarang sekali mendapatkan tempat parkir yang nyaman. Biasanya saya parkir sembarangan apalagi jika sudah terburu-buru” mengungkapkan keluahanya kepada kami, dengan nada rendah dan logat jawa yang sangat khas.

Pendapat lain di Ungkapkan Catya (20) Mahasiswa Menejemen 2008. Sekarang ini Ia jarang mengunakan sepedah motor untuk pergi ke kampus. Selain jarak kost dan kampus tidak begitu jauh. Ia lebih sering berjalan kaki untuk pergi ke kampus. “Lebih sehat dan Lebih hemat” ungkapnya dengan penuh semangat. Sambil mengepalkan tangan kanannya. Alasan lain pun diungkapkan dara asal Aceh ini. “Parkiran sekarang penuh, kurang aman, jika mau keluar kampus antriannya cukup panjang, karena tempat keluarnya sangat sempit” Ungkapnya tegas. Terpancar dari sorotan matanya yang tajam. Ia pun melanjutkan pembicaraan “Lebih baik saya menyimpan motor di kost.Lebih Aman. Namun ketika ia memerlukan motornya dalam keadaan darurat, ia pun harus berjalan ke kost untuk mengambil motornya. “ Ungkap mahasiswi yang merupakan aktivis HMI ini.

Berbeda dengan Catya, Hary laki-laki asli jogja ini memiliki pengalaman mengenai kondisi parkiran dikala hujan. Ketika hujan turun parkiran pun digenangi air setinggi 15 cm. Apalagi jika ia memarkirkan motornya di sebelah barat. Hampir setengah ban motor tergenang oleh air hujan tersebut. Sehingga ketika ia hendak pulang harus menunggu air hujannya surut terlebih dahulu. Ungkap mahasiswa yang memiliki hobi membaca ini.

Laki-laki kelahiran tahun 1991 mengungkapkan pedapat lain mengenai sistem parkiran yang kurang tertib. Menurut Hari petugas parkir agak “centil” jika pemarkirnya perempuan, penjaganya lebih ramah, sedangkan jika laki-laki lebih sering dicuekin dan galak. Ungkapnya dengan nada kesal sambil mengigit bibirnya. Dan sorot matanya yang sangat tajam.

Selain itu Helm raib tak kalah menjadi lagu lama khas tempat parkir. Faktor keamanan tak banyak mendapat perhatian dari pengelola kampus. “Maling disini nekat. Helm sudah dikancing, tetap saja bisa hilang”. Seloroh petugas parkir yang enggan disebut namanya.

Tim redaksi melakukan investigasi kepada beberapa mahasiswa untuk memberikan penilaian mengenai kondisi parkiran saat ini. Rata-rata mereka memberikan penilaian 60-65 mengenai kelayakan, kenyaman, penataan, dan keaman kondisi parkiran FE UII. “Masih sangat Jauh dari harapan”. ungkap Faisal (21) dengan nada penuh keyakinan.

Lalu Ia menarik napas lalu berpikir sejenak, kemudian malanjutkan pembicaranya ”Sebaiknya parkiran FE harus segera diberbaiki agar pemarkir merasa aman dan nyaman. Pertama tempatnya yang betangga-tangga diratakan saja, dan saluran airnya di betulkan agar tidak terjadi banjir ketika hujan. Kedua semua lahan parkir memang difungsikan sebagai area parkir. Ketiga lahan tersebut ditambah taman dan pepohonan agar terasa rindang, sehingga gas CO2 yang dikeluarkan dari motor dapat dihirup oleh tanaman yang ada disekitar. Terjadi sebuah simbiosis mutualisme. Dan kita pun dapat menghirup udara segar. Ungkap mahasiwa selalu berpikir ilmiah ini.

Parkir ideal

Sudah sepantasnya sesuatu yang dibayarkan dapat berbanding lurus dengan apa yang diterima. Harapan tak muluk itulah yang muncul ketika melihat leaflet tentang FE UII. Melihat leaflet tentang FE UII, kesan pertama yang terngiang di benak adalah institusi pendidikan ini menawarkan tempat representatif menimba ilmu. Sebuah tempat yang akan memanjakan para konsumenya agar menjadi orang berguna.



Fasilitas adalah sebuah bentuk kontra prestasi yang diberikan guna menunjang kegiatan. Apabila fasilitas tak mumpuni maka akan berdampak signifikan terhadap kinerja seseorang. Fasilitas yang berkinerja pas-pasan dan itu-itu saja dirasakan di Fakultas ini, diparkir FE UII.

Seorang Planolog ITB menuturkan “Kawasan parkir yang ideal memenuhi unsur perindang, perkerasaan, dan luas yang proporsional”.

Dengan kisaran mahasiswa yang tiap tahun bertambah, ada baiknya penambahan juga dilakukan. “Coba rasakan, parkir kian sulit. Namun, apa pihak kampus sudah menambah lahan baru. Lahan depan kampus FE UII sekarang malah sudah menjadi mini market?” sindir Mohammad Luthfi, mahasiswa FE UII.

Dari hal sepele tetang suara dari sudut parkiran kiranya patut menjadi bahan acuan rencana pembenahan FE UII. Tak terlalu muluk. Sederhana saja, fasilitas yang berkenaan langsung dengan mahasiswa segera tak berlarut-larut menjadi pembicaraan di kalangan mahasiswa.

“semrawut, kehujanan, tercuri dan banjir, semoga tak kian lama lagi musnah dari kawasan parkir FE UII”. ucap Deni Irawan memberikan harapan untuk masa depan FE UII.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar