Rabu, 09 Maret 2011

"Dewasa dengan Menikah"

Di sebuah kursi meja bundar sepasang mahasiswa FE UII yang sedang memadu kasih disela-sela aktifitas kuliahnya, mereka mengenakan kaos warna biru muda yang sama persis, tangan yang saling mengenggan seolah mereka tidak ingin berpisah. Sang Putri pun menyandarkan kepalanya di bahu Sang Raja, lalu laki-laki itu mengubah posisi tangannya dengan melingkarkan di pinggang sang pujaan hati. Asstagfirullah “dunia serasa milik berdua yang lain ngontrak” Ungkap salah seorang teman penulis sambil melanjutkan tugas kuliahnya di tempat yang bersebrangan dengan pasnagan muda tersebut. Pemandangan diatas telah menjadi sesuatu yang biasa, karena tidak hanya satu pasangan saja, di sudut Selatan kampus yang penuh dengan orang-orang berlalu-lalang pun penulis menemukan pemandangan yang sama.



Di tempat yang berbeda yaitu Rumah Sakit jalan Babarsari di sebuah ruang poli anak yang di dominasi oleh “pasutri” dan Balita. Penulis menunggu teman kampusnya yaitu Iwan mahasisiwa Manajemen Internasioanal Program 2009 beserta Istrinya bernama Unik mahasiswi Kedokteran 2009. Mereka telah selesai memeriksakan anak pertamanya Arleen berumur 9 bulan. Setelah basa-basi sebentar, Iwan memutuskan untuk diwawancarai di kantin Rumah Sakit tersebut. Iwan meceritakan alasan mengapa ia menikah dini. Pada saat itu Iwan meminta orang-tuanya untuk meresmikan hubungan dengan Unik dalam suatu ikatan pertunangan, namun orang-tua menyarankan untuk langsung menikah saja. Meskipun umur kami masih muda dan belum memiliki penghasilan tetap, namun orang tua percaya kami dapat bertanggung jawab dengan keputusan ini. Ada perasaan bahagia ketika keluarga Unik pun menyetujui keputusaan tersbut. Ungkap Iwan tersenyum bangga sambil mengingat-ngingat kejadian 2 tahun silam ketika ia berumur 19 tahun.

Sambil menggendong Arleen istri tercinta pun datang, dengan mengenakan kaos dan jilbab berwarna ungu, sangat kompak dengan kaos yang dipakai suaminya. Kemudian ia duduk disamping suaminya. Ia pun menceritakan indahnya menikah dini “Menjadi pasangan muda itu enak, soalnya kemana-mana ada yang jaga dan menemani, selain itu, jika kami melakukan akatifitas berdua juga sudah halal, sehingga tidak akan menjadi fitnah malah jadi pahala. Sambil tertawa-tawa menatap suaminya penuh cinta. Selain itu ketika saya sedang malas belajar, suami mengingatkan dan memberikan semangat pada saya, begitu juga sebaliknya”. Ungkapnya manja, sambil meraih minuman yang berada di tangan suaminya.

Menikah saat masih mahasiswa tidak hanya membayangkan kesenangan saja. Sebab mereka harus dapat membagi waktu antara kuliah dan urusan rumah tangga, belum lagi Suami yang masih belum memiliki pendapatan yang tetap. Begitu juga yang dirasakan oleh pasangan muda ini, Iwan dan Unik sangat kompak dan saling memahami dalam menjalankan aktifitasnya, karena istri memiliki jadwal kuliah yang lebih padat, sehingga suami lebih pengertian dalam hal ini. Ungkap Unik yang selalu meyiapkan pakaian yang akan digunakan Iwan untuk kuliah.

Iwan pun mengungkapkan, ketika mereka dihadapkan dalam suatu masalah, mereka membicarakannya bersama, sehingga semuanya dapat terselesaikan. “Alhamdullah Saya orangnya sabar”. Ungkapnya sedikit narsis sambil mengelus dadanya dan menatap Unik yang sedang memainkan mainan Arleen. Istri tercinta pun menimpali “ Berbeda dengan mas Iwan, Saya lebih manja. Jadi Apapun yang diinginkan harus dituruti. Misalnya pulang kuliah saya ingin bermain-main dulu sama teman-teman, tapi saya harus cepat-cepat pulang ke rumah kasihan Arleen dan juga banyak tanggung jawab lain, seperti memasak dan mengurusi suami. Hal yang sering membuat Unik sebal dengan suaminya adalah ketika Suami pulang telat “Pokoknya kalo Mas Iwan pulang lebih dari jam 8 malam saya langsung SMS. Abi mau pulang nggak? Kalo Nggak, Aku kunci pintunya. Ungkap Unik dengan nada ancaman pada suami. Iwan hanya tersenyum-senyum saja mendengar steatment tersebut.

Pengalaman lain diceritakan oleh Nike seorang mahasiswi Farmasi 2007. Di sebuah Warung Bakso di Jalan Kaliurang tempat yang telah disepakati kam sebelumnyai, Nike pun menceritakan perubahan yang dialaminya setelah menikah. “Menjadi Lebih Dewasa” ungkapnya tegas. Sebelumnya ia adalah seseorang yang sangat manja, apa-apa harus ditemani. Sekarang ia telah berubah menjadi lebih mandiri. “Malu sudah punya anak, sekarang jika akan melakukan sesuatu lebih dipertimbangkan lagi. Sehingga dapat menjadi contoh yang baik untuk Billah”. Ungkap Ibu muda yang memiliki anak bernama Billah ini. Selain itu, ia merasa lebih bijak dalam memanaje keuanganya, karena saat ini ia telah berkeluarga dan membeli susu untuk buah hati yang sangat dicintainya, jika memiliki uang sisa lebih baik di tabung saja. Ungkap Nike yang memiliki suami seorang pengusaha muda di bidang industri kulit ini.

Nike pun menceritakan bagaimana ia membagi waktu antara kuliah dan mengurus anaknnya. “Alhamdulillah sampai saat ini saya masih dapat membagi waktu dengan baik, antara mengurusi Billah, Suami namun kuliah tetap menjadi prioritas utama.” Ungkap Nike penuh rasa bangga, terpancar dari sorot mata yang penuh dengan keoptimisan. Sambil menikmati satu mangkuk baso dan satu gelas es teh dihadapannya. Ia menlanjutkan ceritanya. Ketika papah mendengar permintaan anak bungsunya akan dilamar sang pujaan hati beliau sangat kaget. Anaknya yang sangat manja akan di pinang oleh seseorang pemuda dan akan segera meninggalkan keluarganya. “Alhamdulillah pada akhirnya beliau setuju untuk menikahkan kami dengan syarat tetap harus menyelesaikan kuliahnya, setelah menikah.sedangkan dalam urusan biaya kuliah tetap menjadi tanggung jawab beliau. Ungkap Mahasiswi yang menikah pada saat semseter dua ini.



Bagi seorang mahasiswi yang sudah berkeluarga, berpikir lebih dewasa menjadi suatu keharusan. Mereka tidak bisa lagi bermain-main dengan keadaan. Karena mereka miliki dua skala prioritas yang merupakan tanggung jawab. Seperti Fitri, mahasiswa Akuntansi 2008 yang saya temui di Serambi Masjid Al Muqtashidin, berusaha menyempatkan belajarnya sambil mengurusi rumah tangga. “Setiap hari saya selalu menyempatkan waktu untuk belajar. Biasanya setelah shalat Isya baru bisa belajar, sedangkan suami mengerjakan pekerjaannya. Ungkap mahasiswi yang telah sejak SMA berkeinginan untuk menikah di usia muda.

Saat ini menikah dini dapat menjadi sebuah tren masa kini, Namun, semua itu kembali lagi kepada individu masing-masing. Bagaimana mereka berkomitmen, dapat membagi waktu dan ikhlas dalam menjalankannya. Sehingga tidak ada sesuatu yang dikorbankan diantaranya dan akan diberikan kelanacaran OlehNya. Amin



Tidak ada komentar:

Posting Komentar