Kamis, 13 Oktober 2011

Bersama dari Muslimah  Pintar asal  Lombok



                Oleh : Rizky Arya Lestari
 
Ditemui di serambi mesjid kampus Al-Muttasidin. Sore itu banyak sekali anak-anak yang sedang belajar mengaji bersama perempuan berkulit putih, bermata sipit, dan bertubuh mungil ini. Saat itu ia mengenakan jilbab warna hitam dan pakaian bermotif bunga-bunga. Dara asal Lombok ini bernama Ely Windarti Astuti. Ely merupakan salah satu mahasiswa jurusan Akutansi angkatan 2008.
Di sela-sela Ely mengajarkan membaca, menulis di TPA Al-Muttasidin Ely pun bercerita mengenai perasaannya pada saat masuk Finalis 5 Besar Mawapres 2011 ini.  Pada awalnya ia memang ingin sekali menjadi Mawapres tahun ini, namun persiapannya sangat mendadak karena ia baru mendapatkan informasinya H-2 sebelum pengumpulan formulir beserta persyaratan lainnya. “Alhamdulillah bisa masuk 5 besar Mawapres meskipun targetnya juara pertama karena saat itu saya habis sakit Tipus jadi persiapanya kurang” tuturnya anak ke 3 dari 5 bersaudara ini.
Ely memaparkan aktifitasnya selain kuliah. Saat ini Ely  menjadi asisten dosen di beberapa mata kuliah di jurusan Akutansi, “Sambil mengisi waktu luang, dan mengulang pelajaran”. Menyatakan alasaan menjadi asdos tersebut kemudian melanjutkan pembicaraan. “ Saat menjadi asdos saya lebih banyak belajar, karena ketika saat akan mengajar saya WAJIB mempelajari materi terlebih dahulu agar apa yang disampaikan pada mahasiswa tidak salah” tutur mahasiswa yang berkeinginan menjadi seorang Dosen Akutansi Syariah ini.
Alasaan ingin menjadi seorang Dosen bagi Ely karena Bapak seorang pengajar dari situ timbulah keinginan untuk mejadin seorang pengajar namun di jenjang yang lebih tinggi. “Almarhumah Bapak merupakan seorang guru di SMA, sehingga saya berkeingin menjadi seorang Dosen“. Tuturnya  Lugas.
Sambil  menerawang ke masa SMAnya dulu. Ely pun mulai menceritakan pengalamnya 4 tahun silam. Ada pengalaman yang cukup unik. Ely yang termasuk siswa yang cerdas ia masuk ke jurusan IPS bukan karena tidak mamapu masuk IPA namun ia memiliki misi lain yaitu ingin mematahkan tembjok bahwa siswa IPS yang biasa diangap anak bawang disekolah bisa mebuat suatu prestasi di sekolah dibandingkan siswin  IPA. “ tuturnya dengan nada penuh ketegasaan. Biasanya siswa IPS  hanya sisa yang memiliki nilai minim dan tidak bisa  masuk IPA. Pada akhirnya ketika Ely menjadi siswa IPS tetap bisa berprestasi itu pun dibantu dengan dukungan dari teman-teman sekitarnya dan ia pun bisa membuktikannya dengan prestasi yang gemilang dan misi tersebut berhasil sehingga IPS tidak dipandang sebelah mata.
 Ely yang memiliki IPK 3,86 ini  tidak pernah mengalami kesulitan dalam belajar meskipun aktifitasnya berjibun. “Sejak SD saya memang sudah terbiasa menjadi juara umun, begitu juga ketika dibangku SMP dan SMA meskipun banyak kegiatan.” Dengan  seperti itu ia terbiasa dengan banyak kegiatan. “Saat di bangku kelas 2 SMP saya menjabat sebagai ketua OSIS, Ketua PRAMUKA, bendahara KOPSIS . namun Pelajaran tetap menjadi prioritas utama. Meskipun saat itu pernah sedkit turun tapi saya bisa mengembaalikan lagi nilai-nilai saya.” Tuturnya dengan nada cepat manadakan semangat yang tiada henti dari dirnya.
Mengenai Berorganisasi menurut Ely adalah penting karena ketika dikelas hanya mendapatkan ilmu yang sifatnya akademik namun ketika beroraganisasi kita bisa mendapatkan berbagai macam pengalaman, teman, ilmu baru yang tidak didapatkan ketika di kelas. “mempelajari ilmu kehidupan” tuturnya. Sehingga dari Organisasi tersebut menjadikan ia lebih mandiri sejak kecil.
Dukungan kedua orang tuanya saat ini sangat berpengaruh sehingga Ely menjadi anak yang cerdas.  “Selama ini aktifitas saya selalu diketahui oleh orang tua, apapun itu. Dan Alhamdulillah sampai saat ini pun Bapak dan ibu selalu mendukung aktifitas saya. Baik akademik maupun Non akademik”. Ia pun berdiam sejenak kemudian melanjutkan pembiacaraan. Apapun kegiatannya akademik saya tetap penjadi prioritas utama saya demi menjaga kepercayaan orang tua.


Nada rendah pun terdengar dari dara kelahiran tahun 1990 ini. “Saya selalu ingat pesan dari Almarhumah Bapak saya beliau selalu berpesan JADILAH ORANG YANG MEMILIKI BANYAK ILMU, BUKAN BANYAK HARTA KARENA HARTA ITU TIDAK DIBAWA MATI. “ tuturnya sambil menutup pembicaraan . Anak-anak TPA pun mulai siap-siap untuk pulang.