Rabu, 30 November 2011




Keluarga Keduaku Bernama Pelangi
Oleh Rizky Arya Lestari
Hari itu merupakan hari pertama aku menjadi seorang mahasiswa di kampus swasta Islam. Dari tempat parkir aku menuju loket akademik. Tiba-tiba wanita yang mungil berparas khas jawa menghampiriku Ia bernama Ulya.
“Hai! Kenalin namaku Yaya.! Sepertinya kita pernah ketemu di ruang kesehataan saat PESTA Universitas  dulu yah,ungkap Gadis bertubuh mungil, yang mengenakan kemeja coklat sambil mengulurkan tangan menyalamiku.
 “Oh iyaaa.  Namaku Alya. Ternyata kita satu fakultas,” jawabku penuh dengan semangat .
“Iya...eh ngomong-ngomong kamu sudah tahu Ruang P1/3 di mana?” ia menanyakan suatu tempat, sambil membaca print out KRS yang baru saja kami ambil di loket akademik.
            “Aku juga sedang mencari ruangan tersebut. Kuliah Akutansi Pengantar Biaya kan?. Jawabku."
            “Ya. Berarti kita satu kelas dong kalo begitu kita bareng saja biar ada temennya” Kami pun berkeliling mencari ruangan tersebut.
“Oh iya. Katanya di awal semester ini kita ada mentoring, kamu tahu nggak Al mentoring itu apa?”
”Ehmmm... kalo kata mbak pemandu ONDIku, Mentoring itu semacam pembinaan bagi mahasiswa baru mengenai keislaman, dan itu sifatnya wajib bagi mahasiswa baru di kampus kita.” Aku pun mencoba menjelaskan mengenai mentoring yang dijelaskan oleh Yaya.
“Oh, begitu,  kamu sudah tahu belum kelompok metoringmu siapa saja?”.
            “Belum tahu Ya. Kelompoku siapa. Kata mbak Citra salah satu pemandu ONDI, Informasi mengenai mentoring akan diberitahukan lewat SMS paling lambat satu minggu setelah ONDI.”
”Oh gitu yah Al” sambil mengaruk-garuk kepala dan membaca plang yang ada di depan kami “Ini  ruangan P1/2 berarti sampingnya ruangan P1/3” .Ungkap Ulya. Kami pun menuju ruangan yang kami cari kemudian masuk ke dalam ruangan tersebut.
 “Assalamu’alaikum wr.wb”  kami pun duduk di kursi paling depan. Mendengarkan  penjelasaan dari ibu dosen, beliau sedang memperkenalkan dirinya kepda para mahasiswa baru. Itulah pertama perjumpanku dengan Yaya. Teman pertamaku saat memasuki kampus baru ini.
Seteleh selesai, kami pun merasa lapar, karena waktu menunjukan pukul 11.30. kantin kampus yang cukup penuh. Mahasiswa baru dan lama bercampur di sana. Akhirnya kami mencari salah satu meja kosong yang ada disana. Sambil menunggu pesanan Nasi Goreng Mengelangan dan Es teh yang kami pesan. Yaya menceritakan tentang asal usulnya. “Aku Asli Jawa, Al. Ibuku asli jogja, Bapakku asli Banyumas. Dari sejak lahir aku tingal di jawa, kalo kamu Al?” sambil membetulkan jilbabnya yang agak melorot.”Oh, aku asli Jawa Barat, kota Tasikmalaya tepatnya. Papa, Mamaku asli Sunda soalnya”.
”Oh gitu ya Al, kirain kamu keturunan arab, gitu soalnya parasmu seperti orang arab gitu” .”Yehhh… Arab apaan? Mirip unta dounk.” Jawabku. Mas penjaga kantin pun datang mengahampiri kami. Sambil menyimpan 2 pring nasi Goreng Magelangan dan 2 Es Teh. dan kami pun menikmati makan siang pertama di kampus biru ini.  
Seminggu kemudian.
Bunyi suara nada SMS HPku berbunyi, ku ambil HPku yang ada di dalam tasku. Kemudian aku membaca sms.  
Number : 08122285701
Subject : M.Citra
Assalamu’alikum wr.wb. Adik-Adik yang sholihah, Jangan lupa hari ini kita pertemuan perdana mentoring. Di Mesjid Al-Mutaqsidin. Pukul 15.30.
Terimakasih.
Setelah membaca SMS tersebut, setelah itu masukan HP ke dalam tasku. Kemudian melihat  jam yang ada di tangan kananku. Jarum jam menunjukan  pukul 14.45. “Masih 45 menit lagi.” Ungkapku dalam hati,  Aku pun pergi menuju mesjid kemudian untuk menunggu Ashar tiba.  Setelah shalat. Aku duduk di pelataran sayap selatan mesjid, sambil  menunggu seseorang yaitu Mbak Citra  yang merupakan pemandu ONDI dan juga  mentorku dalam mentoring. Tiba-tiba seseorang gadis tinggi kurus mengenakan celana Jens dan kemeja warna pink dan berkacamata itu duduk di tempat yang sama namun dengan jarang yang cukup berjauhan. Kemudian ia tersenyum padaku. Aku pun membalas senyumnya. Waktu menunjukan pukul 15.30 namun seseorang yang aku tunggu tak kunjung datang. Aku pun mendengarkan lagu-lagu telah kusave di Playlist Handphoneku. 
Tiba-tiba seseorang berkulit putih, dengan pipinya yang sedikit berisi tersenyum kepadaku. “Assalamu’alikum.wr.wb Afwan ya dek, mbak terlambat. Tadi mbak mengantar salah satu teman mbak dulu, beliau mau pulang kampungungkapnya dengan nada rendah dan  suara yang sangat kecil. Kemudian ia meletakan tasnya di samping kanannya.”Iya  nggak apa-apa mbak, santai saja kalo sama saya mah” Jawabku dengan logat Sunda.
 “Oh iya dek, adek sudah tahu teman sekelompoknya belum?”
”Belum mbak”
“Tadi mbak dapat SMS katanya Ayu sudah sampai mesjid. Tapi mbak belum pernah bertemu orangnya sebentar ya dek mbak SMS dulu teman-teman yang lain”. Aku hanya mengangukan kepala. Kemudian mbak Citra mengetik SMS. Aku memperhatikan orang yang sedari tadi duduk di seberangku. Kulihat ia memain-mainkan HPnya. Kemudian ia memandang sekitarnya lalu tersenyum padaku. Ia pun menghampiri kami.
“Mbaknya mbak Citra bukan?” menengok ke arah mbak citra yang berada di samping kanan ku.
“Ia betul. Adek Ayu Bukan?”.
“Iya mbak.”.” Gabung dsini saja. Ini teman mentorin adek juga. Namanya Alya dari jurusan Manajemen” aku pun tersenyum kemudian menyelaminya. “Hai, saya Alya”. Ucapku dengan menerikan senyum indah padanya.
”Saya Ayu dari jurusan Akutansi”. Ungkapnya ramah. Mbak Citra pun mengeluarkan makanan yang ada di dalam tasnya “Ini dek di makan dulu, sambil menunggu teman-teman yang lain. Nanti ada dua temannya yang lain. Namanya Nina dan Triyas. Mereka jurusan Akuntasi juga”. Tidak lama kemudian dua orang wanita yang diceritakan oleh  Mbak Citra datang. Satu orang mengenakan celana jins, kemaja dan jilbab coklat. Ia bernama Nina  sedangkan satunya wanita  mirip orang India asal Klaten yaitu Ira. Kami pun berkenalan satu sama lain agar lebih mengakrab.
Setelah perkenalan  selesai dilanjutkan  dengan  membaca Al-Qur’an. Satu persatu kami membaca ayat demi ayat yaitu surat Al Baqaroh. Trias sangat fasih dalam membaca Al-qur’an. Aku, Nina dan Ayu masih banyak hal yang diperbaiki. Maklum Trias jebolan pesantren. Sehingga cara membaca Al-Qur’anya sudah sangat fasih. Ketika giliran Mbak Citra tilawah, aku hayut dengan lantunan ayat yang ia bacakan. Seperti menyanyikan sebuah lagu. Selain fasih, suaranya sangat lembut indah sekali rasanya baru kali ini aku terhayut, ketika seseorang membaca Al-Qur’an. Ingin rasanya aku membaca Al-Qur’an seperti beliau, ungkapku dalam hati sambil terus mendengarkan ayat demi ayat yang sedang dibacanya. Setelah itu mbak Citra menjelaskan mengenai mentoring dan targetan yang harus kami capai. Itulah pertemuan perdana dengan kelompok mentoringku yang diberi nama kelompok mentoring Pelangi.
Setiap minggu kami selalu berkumpul untuk melakukan mentoring. Seperti mendapatkan keluaga baru rasanya. Meskipun aku berbada jurusan, aku sangat akrab dengan mereka. Kami memang memiliki karakter yang berbeda-beda. Tapi kami dapat saling menghargai dan memahami setiap kekurangan dan kelebihan masing-masing. Selain itu kami saling bersaing untuk mencapai targetan-targetan yang diberikan. Dan kami memiliki suatu niat yang sama: Harus Menjadi Muslimah yang Cerdas, Sukses, dan tetap Istiqomah di jalan Allah. Itulah yang menjadi moto kami.
Sudah dua bulan aku megikuti mentoring ini. Perubahan yang aku dapatkan sangatlah banyak. Aku sudah shalat tepat waktu. Dan cara membaca Al-Qur’an pun telah banyak mengalami perubahan. Jika diberi angka nominal 80 itulah angka yang aku dapatkan. Namun aku sering mengenakan , dan masih takut untuk mengenkan jilbab seutuhnya. Ada rasa takut jika aku harus menganakan jilbab panjang dan lebar. Aku takut dengan jilbab lebar tersebut dapat mengahalangi aktifitas. Pada saat itu aku masih ragu-ragu untuk memutuskan itu. Dalam bergaul pun aku masih sangat  berbeda dengan ketiga temanku. Meskipun aku telah  berkerudung. Aku sering sekali nongkrong di mall, belanja yang berlebihan, karoke, bersalaman dengan lawan jenis dan tidak anggun seperti tiga temanku yang lain. Menurutku hal tersebut sangat jauh dari prilaku orang-orang yang mengenakan Jilbab lebar.
Aku pun merasa bimbang dengan semua ini. Aku ingin menjadi lebih baik. Tapi aku belum siap untuk meninggalkan kebiasaanku. Akhirnya kuputuskan untuk ngobrol dengan temanku Yaya. Saat kami melakukan sarapan di warung soto depan kampus. Sambil menikmati soto ayam dan tempe mendoan  yang menjadi menu sarapan kami hari ini. Aku meminta saran padanya. “Ya, jika aku mengenakan jilbab lebar dan rok panjang ke kampus gimana?“ .“Menurut nggak papa. Si Al. tapi nanti itu menghambat aktifitas kamu nggak? Secara kamu khan anaknya agak tomboy gitu”, ungkapnya sambil meminum es teh dihadapnya. “Ia sih Ya. Tapi aku masih bingung. Kayaknya nyaman aja melihat mahasiswi yang sering di bawah masjid, sepertinya dengan berpakaian seperti itu lebih anggun. Selain itu terlihat lebih aman mereka dapat mengahargai dirinya dia sendiri,”ungkapku mengutarakan semua kesan.
Pada saat mentoring aku pun mengkonsultasikan kebimbanganku kepada Mbak Citra. Beliau pun menjelaskan mengenai surat QS. An-Nuur: 31, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. “ Cukup menugahku .  Ia mengengam kedua tanganku. “Insya Allah jika Alya memilki niat, semuanya akan berjalan lancar.” Ketiga temanku yang lain pun ikut mendukung.
“Jika kamu memiliki niat baik, maka segerakanlah” Ungkap Nina sambil menepuk pundakku menguatkan. Aku terdiam dan mengangukkan kepala  menunjukan persetujuan.
            Keesokan harinya aku  mengenakan rok  ke kampus. Ini adalah hari pertamaku mengubah penampilan. Teman-temanku memandang dari atas sampai kebawah, mungkin terlihat sedikit aneh. Aku yang biasanya mengenakan celana jeans ketat, hari itu mengenakan rok lebar dan jilbab lebar. Yaya pun menghampiriku dengan wajah penasaran kemudian ia duduk di sampingku
“Hey, ada apa dengan kamu hari ini. Kok feminim banget.Dengan nada penuh tanya. Kemudian ia meneruskan pembicaraanya “Beneran kamu mau tetap pake rok dan jilbab. lebar kayak seperti ini, nanti cowok-cowok yang kamu incar pada jauhin kamu.  Gimana? cetusnya menggoda sambil memainkan pensil yang ada ditanggannya. Pertanyaan kurang penting menurutku. Sambil tersenyum aku hanya berkata “insya Allah, do’akan saja semoga aku tetap istiqomah ya”.
Sejak saat itu aku mulai mengenakan jilbab yang sesuai dengan syari’at. Dan aku pun merasa nyaman dengan semua itu. Meskipun banyak teman yang kurang yakin dengan jilbabku tidak akan bertahan lama, karena mereka mengatahui kebiasaanku sering nongrong di mall. Tapi aku tetap tidak menjauhi teman-temanku karena aku juga nyaman dengan meraka. Dengan pakaian seperti itu mereka  lebih bisa menghargai dan aku merasa lebih ‘aman.  
Lama-kelamanaan mereka pun ikut berubah. Meraka sekarang selalu shalat tepat waktu dan mengikuti kajian-kajian yang sering aku ikuti. Dengan seperti itu semoga diberikan hidayah oleh Allah SWT, dan aku tetap bisa mempertahankan hidayah yang telah aku dapatkan selama ini. “Makasih ya Allah semoga aku tetap bisa tetap istiqomah di jalanmu” . Akupun mengucap syukur.
  Alhamdulilah sekarang ini aku telah menjadi seorang Muslimah sukses dengan nilai akademis yang sangat muasakan. Ketika aku tergoda dengan masa lalu. Aku harus bertahan karena hidayah itu tidak diberikan secara cuma-cuma oleh Allah. Sehingga dapat mempertahankan semua ini. “Bissmilahirohmanirohim semoga Allah selalu memberikan jalan yang terbaik untukku. Amin
Tidak terasa sudah 2 tahun aku menjadi mahasiswa.   Mungkin banyak orang yang heran mengapa aku menjadi seseorang yang biasa di bilang “aneh”. Tapi itulah aku yang dulu. Semoga Aku yang baru. Alya yang berjilbab rapi dan telah bisa menjaga dirinya dapat tetap istiqomah. dengan apa yang telah aku pilih saat ini.
Ayu telah menjadi aktifitis LEM. Tahun ini dia akan mengajukan diri sebagai ketua LEM fakultas. Sehingga ia menjadi aspirator mahasiswa. “Minta do’anya ya Teman” Menyatakan permohonanya kepada kami.
Tryas  yang masih agak tomboy telah menjadi aktifitas dakwah yang luar biasa. Semangatnya dalam mejalankan wiarausaha lembaga dakwah bisa membuat kantin LDF. Ia memamang memiliki jiwa wirausaha yang tinggi. Ini adalah suatu tahapan baginya untuk  menjadi wirausahawan muda  yang ia cita-citakan dari dulu.
Nina ia pun aktif di Lembaga Dakwah Kampus menjadi seorang Bendaraha yang cukup bertangung jawab. Sudah dua tahun ia mengemban amanah tersebut sejak kami masuk ke lembaga tersebut. Selain itu ia pun bisa mengaplikasikan ilmu akuntansinya di sini. Kadang kami memanggil dengan panggilan ibu Benz sebagai  panggilan sayang untuknya.
Sedangkan aku aktif di media kampus. dan beberapa organisasi lain. Yang tetap mengutamakan prestasi akademik. Karena aku tidak hanya ingin menjadi mahasiswa yang memiliki  academic oriented. Tetapi menyeimbangankan antara academic oriented dan organisasi.
Tahun ini merupakan partama kali kami mengamban amanah menajdi seorang mentor mahasiswa baru. Ketika pertama kali aku bertemu dengan mahasiswa yang akan kupandu. Aku teringat dengan keadaanku dua tahun silam. Aku hanya tersenyum. Dan berdoa semoga materi dan bimbingan yang diberikan oleh mbak Citra selama ini menjadi bekal untuk menjadi mentor. Amanah menjadi mentor ini merupakan langkah awal  untuk menjadi lebih baik karena aku pun harus menjadi contoh untuk adik mentorku.    
.           Kelompok mentoringku yang kami beri kelompok pelangi telah menjadi keluarga keduaku. Mereka selalu menyemangatiku  ketika aku sedang menalami masa-masa down . Mereka mengingatkan aku ketika aku berada di jalan yang salah. Kami pun beri  panggilan khusus dalam kelompok mentorik tersebut. Umi untuk mentorku yaitu mbak Citra, Kakak 1 yaitu Ayu, kakak 2 Nina. Dan Tryas  sebgai Kakak  ke 3. Sedangkan aku sebagai si bungsu. Karena aku  masih sangat manja, sehingga aku menjadi si bungsu di pertemuan tersebut.
 Kucapkan terimakasih banyak untuk kalian semua.  Semoga kita bisa dipertemukan kembali di surga. Dan tetap Istiqomah dijalan Allah. Amin[]










             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar