Keluarga Keduaku
Bernama Pelangi
Oleh Rizky
Arya Lestari
Hari itu merupakan hari pertama aku menjadi seorang mahasiswa di
kampus swasta Islam. Dari tempat parkir aku menuju loket akademik. Tiba-tiba
wanita yang mungil berparas khas jawa menghampiriku Ia bernama Ulya.
“Hai! Kenalin namaku Yaya.! Sepertinya kita pernah ketemu di ruang
kesehataan saat PESTA Universitas dulu
yah,” ungkap
Gadis bertubuh mungil, yang mengenakan kemeja coklat sambil
mengulurkan tangan menyalamiku.
“Oh iyaaa. Namaku Alya. Ternyata kita satu fakultas,”
jawabku penuh dengan semangat .
“Iya...eh ngomong-ngomong kamu sudah tahu Ruang P1/3 di mana?”
ia menanyakan suatu tempat, sambil membaca print
out KRS yang baru saja kami ambil di loket akademik.
“Aku juga sedang mencari ruangan tersebut. Kuliah
Akutansi Pengantar Biaya kan?. Jawabku."
“Ya. Berarti kita satu kelas dong kalo
begitu kita bareng saja biar ada temennya” Kami pun berkeliling mencari ruangan
tersebut.
“Oh iya. Katanya di awal semester ini kita ada
mentoring, kamu tahu nggak Al mentoring itu apa?”
”Ehmmm... kalo kata mbak pemandu ONDIku, Mentoring
itu semacam pembinaan bagi mahasiswa baru mengenai keislaman, dan itu sifatnya
wajib bagi mahasiswa baru di kampus kita.” Aku pun
mencoba menjelaskan mengenai mentoring yang dijelaskan oleh Yaya.
“Oh, begitu, kamu sudah tahu
belum kelompok metoringmu siapa saja?”.
“Belum tahu Ya. Kelompoku siapa. Kata mbak Citra salah satu
pemandu ONDI, Informasi mengenai mentoring akan diberitahukan lewat SMS paling
lambat satu minggu setelah ONDI.”
”Oh gitu yah Al” sambil mengaruk-garuk kepala dan membaca plang yang
ada di depan kami “Ini ruangan P1/2
berarti sampingnya ruangan P1/3” .Ungkap Ulya. Kami pun menuju ruangan yang
kami cari kemudian masuk ke dalam ruangan tersebut.
“Assalamu’alaikum
wr.wb” kami pun duduk di kursi paling
depan. Mendengarkan penjelasaan dari ibu
dosen, beliau sedang memperkenalkan dirinya kepda para mahasiswa baru. Itulah
pertama perjumpanku dengan Yaya. Teman pertamaku saat memasuki kampus baru ini.
Seteleh selesai, kami pun merasa lapar, karena waktu menunjukan
pukul 11.30. kantin kampus yang cukup penuh. Mahasiswa baru dan lama bercampur
di sana. Akhirnya kami mencari salah satu meja kosong yang ada
disana. Sambil menunggu pesanan Nasi Goreng Mengelangan dan Es teh yang kami
pesan. Yaya menceritakan tentang asal usulnya. “Aku Asli Jawa, Al. Ibuku asli
jogja, Bapakku asli Banyumas. Dari sejak lahir aku tingal di jawa, kalo kamu Al?” sambil membetulkan
jilbabnya yang agak melorot.”Oh, aku asli Jawa Barat, kota Tasikmalaya
tepatnya. Papa, Mamaku asli Sunda soalnya”.
”Oh gitu ya Al, kirain kamu keturunan
arab, gitu soalnya parasmu seperti orang arab gitu” .”Yehhh… Arab apaan? Mirip
unta dounk.” Jawabku. Mas penjaga kantin pun datang mengahampiri kami. Sambil menyimpan
2 pring nasi Goreng Magelangan dan 2 Es Teh. dan kami pun menikmati makan siang
pertama di kampus biru ini.
Seminggu
kemudian.
Bunyi suara nada SMS
HPku berbunyi, ku ambil HPku yang ada di dalam tasku. Kemudian aku membaca sms.
Number
: 08122285701
Subject
: M.Citra
Assalamu’alikum
wr.wb. Adik-Adik yang sholihah, Jangan lupa hari ini kita pertemuan perdana
mentoring. Di Mesjid Al-Mutaqsidin. Pukul 15.30.
Terimakasih.
Setelah membaca SMS tersebut, setelah itu masukan HP ke dalam tasku. Kemudian melihat jam yang ada di tangan kananku. Jarum jam
menunjukan pukul 14.45. “Masih 45 menit
lagi.” Ungkapku dalam hati, Aku pun
pergi menuju mesjid kemudian untuk menunggu Ashar tiba. Setelah
shalat. Aku duduk di pelataran sayap selatan mesjid, sambil menunggu seseorang yaitu Mbak Citra
yang merupakan pemandu ONDI dan juga mentorku dalam mentoring.
Tiba-tiba seseorang gadis tinggi kurus mengenakan
celana Jens dan kemeja warna pink dan berkacamata itu duduk di tempat yang sama
namun dengan jarang yang cukup berjauhan. Kemudian ia tersenyum padaku. Aku pun
membalas senyumnya. Waktu menunjukan pukul 15.30 namun seseorang yang aku
tunggu tak kunjung datang. Aku pun mendengarkan lagu-lagu telah kusave di Playlist Handphoneku.
Tiba-tiba seseorang berkulit putih, dengan pipinya yang sedikit berisi tersenyum kepadaku. “Assalamu’alikum.wr.wb
Afwan ya dek, mbak terlambat. Tadi mbak
mengantar salah satu teman mbak dulu, beliau mau pulang kampung” ungkapnya dengan nada rendah dan suara yang sangat kecil. Kemudian ia meletakan
tasnya di samping kanannya.”Iya nggak apa-apa mbak, santai saja kalo sama
saya mah” Jawabku dengan logat Sunda.
“Oh iya dek,
adek sudah tahu teman sekelompoknya belum?”
”Belum mbak”
“Tadi mbak dapat SMS katanya Ayu sudah sampai mesjid.
Tapi mbak belum pernah bertemu orangnya sebentar ya dek mbak SMS dulu teman-teman
yang lain”. Aku hanya mengangukan kepala. Kemudian mbak Citra mengetik SMS. Aku
memperhatikan orang yang sedari tadi duduk di seberangku. Kulihat ia
memain-mainkan HPnya. Kemudian ia memandang sekitarnya lalu tersenyum padaku.
Ia pun menghampiri kami.
“Mbaknya mbak Citra bukan?” menengok ke arah mbak citra yang
berada di samping kanan ku.
“Ia betul. Adek Ayu Bukan?”.
“Iya mbak.”.” Gabung
dsini saja. Ini teman mentorin adek
juga. Namanya Alya
dari jurusan Manajemen” aku pun tersenyum
kemudian menyelaminya. “Hai, saya Alya”. Ucapku dengan menerikan senyum indah
padanya.
”Saya Ayu
dari jurusan Akutansi”. Ungkapnya ramah. Mbak Citra pun
mengeluarkan makanan yang ada di dalam tasnya “Ini dek di makan dulu, sambil
menunggu teman-teman yang lain. Nanti ada dua temannya yang lain. Namanya Nina
dan Triyas. Mereka jurusan Akuntasi juga”. Tidak lama kemudian dua orang wanita yang diceritakan oleh Mbak Citra datang. Satu
orang mengenakan celana jins, kemaja dan jilbab coklat. Ia bernama Nina sedangkan satunya wanita mirip orang India asal Klaten yaitu Ira. Kami pun berkenalan satu sama lain agar lebih
mengakrab.
Setelah perkenalan selesai
dilanjutkan dengan membaca Al-Qur’an. Satu persatu kami membaca
ayat demi ayat yaitu surat Al Baqaroh. Trias sangat fasih dalam
membaca Al-qur’an. Aku, Nina dan Ayu masih banyak hal yang diperbaiki. Maklum
Trias jebolan pesantren. Sehingga cara membaca
Al-Qur’anya sudah sangat
fasih. Ketika giliran Mbak Citra tilawah,
aku hayut dengan lantunan ayat yang ia
bacakan. Seperti menyanyikan sebuah
lagu. Selain fasih, suaranya sangat lembut indah sekali rasanya baru kali ini aku terhayut, ketika seseorang
membaca Al-Qur’an. Ingin rasanya aku membaca Al-Qur’an
seperti beliau, ungkapku
dalam hati sambil terus mendengarkan ayat demi ayat yang sedang dibacanya. Setelah itu mbak Citra
menjelaskan mengenai mentoring dan targetan yang harus kami capai. Itulah
pertemuan perdana dengan kelompok mentoringku yang diberi nama kelompok
mentoring Pelangi.
Setiap minggu kami selalu berkumpul untuk melakukan
mentoring. Seperti mendapatkan keluaga baru rasanya. Meskipun aku berbada jurusan,
aku sangat akrab dengan mereka. Kami memang memiliki karakter yang
berbeda-beda. Tapi kami dapat saling menghargai dan memahami setiap kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Selain itu kami saling bersaing untuk mencapai targetan-targetan yang
diberikan. Dan kami memiliki suatu niat yang sama: Harus Menjadi Muslimah yang
Cerdas, Sukses, dan tetap Istiqomah di jalan Allah. Itulah yang menjadi
moto kami.
Sudah dua bulan aku megikuti mentoring ini. Perubahan
yang aku dapatkan sangatlah banyak. Aku sudah shalat tepat waktu. Dan cara membaca Al-Qur’an pun telah banyak mengalami perubahan. Jika diberi angka nominal 80 itulah
angka yang aku dapatkan. Namun aku sering mengenakan , dan masih takut untuk
mengenkan jilbab seutuhnya. Ada rasa takut jika aku harus menganakan jilbab
panjang dan lebar. Aku takut dengan jilbab lebar tersebut dapat mengahalangi aktifitas.
Pada saat itu aku masih ragu-ragu untuk memutuskan itu. Dalam bergaul pun aku masih sangat berbeda dengan ketiga temanku. Meskipun aku telah berkerudung. Aku sering sekali nongkrong di mall, belanja
yang berlebihan, karoke, bersalaman dengan lawan jenis dan tidak anggun seperti
tiga temanku yang lain. Menurutku hal tersebut sangat jauh dari prilaku
orang-orang yang mengenakan Jilbab lebar.
Aku pun merasa bimbang dengan semua ini. Aku ingin
menjadi lebih baik. Tapi aku belum siap untuk meninggalkan kebiasaanku.
Akhirnya kuputuskan untuk ngobrol dengan temanku Yaya. Saat kami melakukan
sarapan di warung soto depan kampus. Sambil menikmati soto ayam dan tempe
mendoan yang menjadi
menu sarapan kami hari ini. Aku meminta saran padanya.
“Ya, jika aku mengenakan jilbab lebar dan rok panjang ke kampus gimana?“
.“Menurut nggak papa. Si Al. tapi nanti itu menghambat aktifitas kamu nggak?
Secara kamu khan anaknya agak tomboy gitu”, ungkapnya sambil meminum es teh
dihadapnya. “Ia sih Ya. Tapi aku masih bingung. Kayaknya
nyaman aja melihat mahasiswi yang sering di bawah masjid, sepertinya dengan berpakaian seperti itu lebih anggun. Selain itu terlihat
lebih aman mereka dapat mengahargai dirinya dia sendiri,”ungkapku mengutarakan semua kesan.
Pada saat mentoring aku pun mengkonsultasikan
kebimbanganku kepada Mbak Citra. Beliau pun menjelaskan mengenai surat QS. An-Nuur: 31, “Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya,
kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain
kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami
mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka,
atau putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara laki-laki mereka, atau
putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan
mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau
pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau
anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka
memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan
bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya
kamu beruntung. “ Cukup menugahku . Ia
mengengam kedua tanganku. “Insya Allah jika Alya memilki niat, semuanya akan
berjalan lancar.” Ketiga temanku yang lain pun ikut mendukung.
“Jika kamu memiliki niat baik, maka segerakanlah” Ungkap Nina
sambil menepuk pundakku
menguatkan. Aku terdiam dan mengangukkan
kepala menunjukan persetujuan.
Keesokan
harinya aku mengenakan rok
ke kampus. Ini adalah hari pertamaku
mengubah penampilan. Teman-temanku memandang dari atas sampai kebawah, mungkin terlihat sedikit aneh. Aku yang biasanya mengenakan celana jeans
ketat, hari itu mengenakan rok lebar dan jilbab lebar. Yaya pun
menghampiriku dengan wajah penasaran kemudian ia duduk di sampingku
“Hey, ada apa dengan kamu hari ini. Kok feminim banget.” Dengan nada penuh tanya. Kemudian ia meneruskan pembicaraanya “Beneran kamu
mau tetap pake rok dan jilbab. lebar kayak seperti ini,
nanti cowok-cowok yang kamu incar pada jauhin kamu. Gimana?” cetusnya
menggoda sambil memainkan pensil yang ada ditanggannya. Pertanyaan
kurang penting menurutku. Sambil tersenyum aku
hanya berkata “insya Allah, do’akan saja semoga aku tetap istiqomah ya”.
Sejak saat itu aku mulai mengenakan jilbab yang sesuai dengan
syari’at. Dan aku pun merasa nyaman dengan semua itu. Meskipun banyak teman
yang kurang yakin dengan jilbabku tidak akan bertahan lama, karena mereka
mengatahui kebiasaanku sering nongrong di mall. Tapi aku tetap tidak menjauhi
teman-temanku karena aku juga nyaman dengan meraka. Dengan pakaian seperti itu
mereka lebih bisa menghargai dan aku
merasa lebih ‘aman’.
Lama-kelamanaan mereka pun ikut berubah. Meraka
sekarang selalu shalat tepat waktu dan mengikuti kajian-kajian
yang sering aku ikuti. Dengan seperti itu semoga diberikan hidayah oleh Allah
SWT, dan
aku tetap bisa mempertahankan hidayah yang telah aku dapatkan selama ini. “Makasih
ya Allah semoga aku tetap bisa tetap istiqomah di jalanmu” . Akupun mengucap
syukur.
Alhamdulilah sekarang ini aku telah menjadi
seorang Muslimah sukses dengan nilai akademis yang sangat muasakan. Ketika aku tergoda dengan masa lalu. Aku harus bertahan karena hidayah itu tidak diberikan secara cuma-cuma oleh Allah. Sehingga dapat
mempertahankan semua ini. “Bissmilahirohmanirohim semoga Allah selalu
memberikan jalan yang terbaik untukku. Amin
Tidak terasa sudah 2 tahun aku menjadi mahasiswa. Mungkin
banyak orang yang heran mengapa aku menjadi seseorang yang biasa di bilang
“aneh”. Tapi itulah aku yang dulu. Semoga Aku yang baru. Alya yang berjilbab
rapi dan telah bisa menjaga dirinya dapat tetap istiqomah. dengan apa yang
telah aku pilih saat ini.
Ayu telah menjadi aktifitis LEM. Tahun ini dia akan mengajukan
diri sebagai ketua LEM fakultas. Sehingga ia menjadi aspirator mahasiswa.
“Minta do’anya ya Teman” Menyatakan permohonanya kepada kami.
Tryas yang masih agak tomboy
telah menjadi aktifitas dakwah yang luar biasa. Semangatnya dalam mejalankan
wiarausaha lembaga dakwah bisa membuat kantin LDF. Ia memamang memiliki jiwa
wirausaha yang tinggi. Ini adalah suatu tahapan baginya untuk menjadi wirausahawan muda yang ia cita-citakan dari dulu.
Nina ia pun aktif di Lembaga Dakwah Kampus menjadi seorang
Bendaraha yang cukup bertangung jawab. Sudah dua tahun ia mengemban amanah
tersebut sejak kami masuk ke lembaga tersebut. Selain itu ia pun bisa
mengaplikasikan ilmu akuntansinya di
sini. Kadang kami memanggil dengan panggilan ibu Benz sebagai panggilan sayang untuknya.
Sedangkan aku aktif di media kampus. dan beberapa organisasi lain.
Yang tetap mengutamakan prestasi akademik. Karena aku tidak hanya ingin menjadi
mahasiswa yang memiliki academic oriented. Tetapi menyeimbangankan antara academic oriented dan organisasi.
Tahun ini merupakan partama kali kami mengamban amanah menajdi
seorang mentor mahasiswa baru. Ketika pertama kali aku bertemu dengan mahasiswa
yang akan kupandu. Aku teringat dengan keadaanku dua tahun
silam. Aku hanya tersenyum. Dan berdoa semoga materi dan bimbingan yang
diberikan oleh mbak Citra selama ini menjadi bekal untuk menjadi mentor. Amanah
menjadi mentor ini merupakan langkah awal untuk menjadi lebih baik karena aku pun harus
menjadi contoh untuk adik mentorku.
. Kelompok mentoringku yang kami beri
kelompok pelangi telah menjadi keluarga keduaku. Mereka selalu menyemangatiku ketika aku sedang menalami masa-masa down . Mereka
mengingatkan aku ketika aku berada di jalan
yang salah. Kami pun beri panggilan
khusus dalam kelompok mentorik tersebut. Umi untuk mentorku yaitu mbak Citra,
Kakak 1 yaitu Ayu, kakak 2 Nina. Dan Tryas
sebgai Kakak ke 3. Sedangkan aku
sebagai si bungsu. Karena aku masih
sangat manja, sehingga aku menjadi si bungsu di
pertemuan tersebut.
Kucapkan terimakasih banyak
untuk kalian semua. Semoga kita bisa dipertemukan
kembali di surga. Dan tetap Istiqomah dijalan Allah. Amin[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar